Selamat malam, Arjuna. Malam ini, kita dan milyaran manusia
yang ada pada belahan bumi yang sama, sampai pada hari ke 12 bulan Januari
tahun 2013. Masih ada helaian-helaian tahun baru yang menghiasi sudut-sudut
hati. Entah pada hatimu juga berlaku demikian atau tidak.
Hari ini, ada sentakan keras yang lagi-lagi harus dirasakan
untuk seorang aku. Kali ini tidak langsung darimu, meski berhubungan denganmu.
Aku tahu bila kekosongan hatimu sudah terisi. Wanita yang beruntung itu adalah
mantanmu sendiri, bukan? Seorang wanita yang sepertimu. Nyaris sempurna. Tidak
heran bila ia bisa menduduki kursi kehormatan tersebut.
Sesungguhnya, aku benci bercerita tentang ini, namun entah
mengapa, ada dorongan rasa yang tak bisa kujelaskan lewat kata-kata, sehingga
akhirnya aku menulis dan menyelipkannya di blog pribadiku.
Kemarin, aku sempat membaca tulisan-tulisan di akun
twittermu. Bukan aku yang membaca sebenarnya. Temanku yang membaca, lalu dia
memberitahukannya kepadaku. Tertulis di sana, kau seperti mengajak kekasihmu
jalan. Istilah lainnya nge-date.
Kencan. Atau apalah itu namanya. Hal yang kulakukan pertama kali untuk merespon
tweet itu adalah melongo. Aku langsung memutar otak dan menebak-nebak, siapa
kira-kira wanita yang kau ajak itu. Aku tidak benar-benar yakin kalau kala itu
kau sudah punya kekasih. Yang aku yakini kau punya gebetan, kau punya wanita
untuk pelarian. Mungkin tidak hanya satu. Setengah lusin, selusin, atau malah
berlusin-lusin.
Selain tweet itu, ada tweet lain yang menarik. Seperti
membersitkan suatu maksud yang tak mungkin kau tulis secara frontal. Isinya
lebih kurang begini, tugas aku ngangenin kamu. Tugas kamu nyuekin aku. Kau
me-retweet-nya dari salah satu akun yang memuat tentang rasa galau. Responku
dan temanku adalah tertawa. Tawa sinis penuh ejekan. Menertawaimu, jelas.
Ternyata seorang kau bisa galau ya? Lucu.
Puas mengobrak-abrik tulisan-tulisan kecilmu, temanku
mengatakan sebuah kalimat, dan perkataannya itu terpampang juga di layar
hatiku. Tapi belajar dari pengalaman, aku tak mau percaya lagi tentang
pemikiran itu. Tidak lagi.
Hari itu juga, aku bertanya pada temanku yang lainnya.
Adakah ia mengetahui pengisi tahta hatimu yang kosong? Pada menit yang sama,
dia menggelengkan kepala dan berkata, tidak.
Lalu aku mengangguk mengerti dan berhenti di situ. Aku tidak buru-buru
ingin tahu. Aku hanya sekadar bertanya untuk menjawab rasa penasaranku.
Dan hari ini, tepatnya siang tadi, sebuah kalimat
menghampiriku. Kalimat itu tak lain tak bukan adalah jawaban atas pertanyaanku kemarin.
Sudah kukatakan tadi, aku tersentak. Rasa tidak percaya memenuhi sudut-sudut
perasaanku. Namun perlahan aku bisa percaya. Terlebih setelah mengingat-ingat
dan menyambung-nyambungkan masalalu. Memang itulah wanita idamanmu, bukan?
Selamat :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar