Rabu, 01 Oktober 2014

Bersama Pedang

Tak ada hal yang hanya memuat kebaikan atau keburukan. Unsur-unsur kimia yang begitu kecil jelas memiliki elektron dan proton, dengan tanda masing-masing negatif dan positif. Tak mungkin sesuatu yang ada di dunia ini bertahan bila ia hanya memiliki satu sisi sikap saja. Dalam film manusia tahu, proyeknya takkan berhasil bila jalan cerita hanya memuat bahagia, dari awal sampai akhir. Begitu sebaliknya. Tuhan adalah Mahaadil, dan Ia sudah mempertimbangkan bagaimana seharusnya semesta dan segala isinya ada. Namun seringkali manusia mengeluh, kala bahagia mulai mengambil jarak darinya. Padahal dengan cara itu, Tuhan ingin manusia tahu, betapa berartinya ketika ciptaan-Nya yang sempurna itu bisa mengecap bahagia. Hidup adalah satu paket rasa yang menyatu dalam pembuluh nadi hingga kapiler juga semua sel tanpa perlu injeksi rutin.

Dan disinilah kita.

Kupastikan kamu sudah banyak mengenal manusia dengan tabiat yang baik. Mereka yang setia menemanimu dalam kondisi apapun. Mereka yang sedia telinganya kamu jejali dengan cerita drama Queenmu. Mereka yang rela waktunya terbuang demi kamu, demi bahagiamu. Tak patut kamu selalu tenggelam dalam kebahagiaan. Setiap dongeng butuh penjahat klasik yang bagus. Kamu membutuhkan si antagonis, atau kamu tak ada artinya.

Untuk itulah aku ada.

Mungkin ada hal yang lebih baik kuperjelas, untuk mengubah pola pikir banyak manusia yang dari kecil sudah diisi dengan teori yang salah. Setiap tokoh hadir dengan cinta mereka masing-masing. Setiap manusia tercipta dengan cara mencinta mereka masing-masing. Jangan pernah lagi kamu menyangka para antagonis hanya memiliki hati dengan tumpukan kejahatan. Tidak. Mereka tokoh, mereka manusia. Dan mereka mencinta. Dengan tawa dan bahagia tersembunyi rapi di balik pedang dan belati. Di balik panah-panah yang terlepas dengan selubung benci. Ada cinta, ada tawa, ada bahagia.

Kamu akan paham betapa berartinya peranku disini, setelah aku pergi. Selalu seperti itu. Kujamin kamu akan merindukan punya teman bermulut manis dengan hati busuk seperti aku. Kupastikan kamu akan menanyakan keberadaanku, seseorang yang setia mendengarkan ceritamu seolah peduli, padahal hanya butuh dengar untuk akhirnya disebar. Kamu akan rindu tawa sinis, tatapan bengis, dan misi sadis yang selama ini kulakukan. Kamu akan kalang kabut mencari karena manusia yang membuatmu kuat selama ini bakal angkat kaki. Kamu kembali bersama kawan-kawanmu, yang baik namun membosankan, membuat kamu seakan merasa sendiri.

Percayalah, akan tiba saatnya kamu rindu, karena segalanya jelas perlahan bergeser jadi masalalu.

Aku mencintaimu dengan pedangku. Dengan tusukan di belakangmu, aku menyayangimu. Aku membuatmu kuat dengan rasa sakit itu, karena dunia tak selalu menyediakan apa yang kamu minta. Ia tak selalu melayanimu, karena ada banyak hati yang minta dikasihani. Aku membuatmu siap, karena ada hal tak terduga diluar sana yang bakal menyerangmu. Jangan lupa berterimakasih atas cintaku. Karena aku melakukannya dengan cara yang mungkin jarang kamu temui pada siapapun.

Tanamkan pada pikiranmu. Kuingatkan sekali lagi, sebelum aku tiba-tiba harus pergi.

Dari tempat yang tak kau ketahui di belakangmu,
Dari rasa sakit yang menembus lewat belakang jiwamu,
Dari tawa yang mengiringi kekalahanmu,
Ada,

Aku.