Minggu, 16 Agustus 2015

Salam rindu, Arjuna

Halo Arjuna. Sudah lama aku tak menyapa. Kesibukan membentang luas di antara kita. Waktu mulai lupa dengan masalalu, aku dan kamu yang bisa terjun dalam cerita yang sama. Aku yang membawa hati dan rasa, entah kamu. Hahaha.
Jadi, apa kabar? Kudengar karirmu menanjak. Kudengar pula penggemarmu bertambah. Lalu hatimu bagaimana? Adakah ia masih seperti yang dulu? Arjuna yang kukenal benar-benar membuat kaum hawa jatuh dalam kiasan hati, lalu jatuh sungguhan. Hahaha. Jangan berubah ya. Karena tanpa manusia-manusia macam kamu, mungkin takkan ada hawa yang bisa bersyukur atas apa yang bisa dinikmatinya selama ini. Semoga saja persepsiku salah.
Hei, aku mulai sadar kalimatku berisi kata-kata tak bermakna dan tanpa aturan. Tapi sungguh aku semangat menulis ini. Aku merindukanmu. Serius. Sumpah. Swear. Entah kamu. Aku tak pernah berharap kamu bakal rindu aku karena aku tahu siapa kamu dan bagaimana hatimu. Hebat ya, baru ada dua wanita yang bisa menaklukkanmu. Bundamu, dan dia. Ah salut benar aku pada mereka. Mungkin suatu saat aku perlu bertemu mereka dan mewawancarai, supaya aku juga bisa menaklukkan kamu. Oh, hahaha. Tidak, tidak. Aku cuma bercanda.
Aku merindukamu, sungguh! Cuma itu yang ingin kukatakan sebenarnya. Aku masih sering menertawai masalaluku soal kamu. Waktu kita duduk berjajar, membicarakan keadaan sekitar, lalu aku, lalu kamu, mulai hidup kita, dan yang terakhir: hati. Aku takkan pernah bisa lupa. Kamu salah satu dari sekian banyak manusia yang kusyukuri benar karena sudah terjun ke kisah ini, mengisi hari, menandakan seolah kamu juga bawa hati. Tapi ternyata aku salah! Oh, pernah sebodoh itu ternyata aku.
Hmm, otakku mulai buntu. Kuakhiri saja tulisan ini.

Oh iya, jadi kapan kita bisa bertemu? Hahaha.