Menyedihkan,
ya. Ternyata selama ini saya sudah membuang banyak waktu, pikiran, tenaga, hati,
dan airmata untuk memperjuangkan manusia yang salah: kamu. Sungguh, saya tidak
tahu apa yang harus saya katakan, saya tidak bisa memutuskan apa yang harus saya
sampaikan untuk menanggapi pengakuanmu yang gila itu. Mungkin saya tidak punya
cukup pengetahuan untuk memahami secara penuh dunia yang kamu akui menjadi
duniamu selama ini. Tapi saya tidak dungu. Setidaknya saya bisa mengira-ira,
dunia macam apa yang menjadi tempatmu hidup selama ini. Dan kamu tahu? Dunia yang
kamu jabarkan tadi adalah salah satu dunia yang paling saya hindari.
Jujur,
saya tidak menyangka, semua yang saya percayai akan berbalik menusuk saya
dalam-dalam. Marah, sedih, kecewa, dan banyak rasa sakit menggunung hingga
sulit bagi saya untuk mengungkapkannya pada orang lain. Rasa-rasanya saya ingin
memaki-maki diri saya sendiri. Saya merasa bodoh. Saya merasa tolol luar biasa
atas semua ini. Entahlah, sebuta apa saya hingga saya tidak bisa merasakan ada sesuatu
berbeda dari kamu, dan itu buruk.
Maaf,
tapi saya harus mengatakan ini. Saya (sedikit) menyesal telah mengenal dan
memperjuangkan kamu. Saya (sedikit) menyesal telah mempercayai kamu, dan
menganggap kamu adalah manusia terbaik yang pantas ada di pikiran dan hati saya
setiap hari. Saya (sedikit) menyesal, mengingat selama ini sudah terlalu banyak
hal yang saya lengserkan demi bertahannya jabatanmu di benak saya. Saya jijik. Saya
malu. Selama ini saya selalu memberi tanggapin pedas untuk manusia-manusia yang
hidupnya berantakan. Tapi ternyata, justru orang yang dekat dengan saya punya
dunia seperti itu, dan itu diluar sepengetahuan saya!
Kamu
munafik! Jahat! Penghianat! Pembohong! Pembunuh perasaan!
Saya
benci berkata demikian, tapi itulah kenyataan yang ada. Itulah kenyataan yang
tiba-tiba datang lalu tanpa basa-basi mencabik-cabik perasaan saya. Saya masih
ingat, kamu pernah bilang kalau kamu ingin mengubah salah satu penggermarmu
agar dia bisa menjadi lebih baik. Tadinya saya percaya. Saya kagum, merasa beruntung
bisa mengenal lelaki sebaik kamu. Tapi tahukah kamu? Anggapan saya porak-poranda
dalam waktu kurang dari lima menit. Pengakuan yang mengejutkan itu bermutasi
jadi tornado berkekuatan tinggi yang meluluhlantakkan segala rasa sayang,
cinta, juga percaya yang ada dalam hati saya. Kamu tahu? Butuh banyak hal untuk
membuat perasaan itu bertahan sekian lama! Dan kamu menghancurkan semuanya. Semuanya.
Rasa yang saya perjuangkan juga saya jaga selama ini.
Kalau
saya boleh memilih, saya merasa lebih baik saya tidak pernah mengenal, jatuh
cinta, dan pada akhirnya memperjuangkan kamu. Atau, kalau saya harus tetap
mengenal dan jatuh cinta padamu, saya pilih kita berpisah di tengah jalan. Agar
saya tidak perlu merasakan sakit yang teramat seperti ini.
Maka,
pergilah. Pergi jauh-jauh dan tolong jangan kembali. Carilah saja wanita yang
cocok bersanding denganmu. Lupakan kalau kita pernah saling mengenal dan pernah
saling percaya. Lupakan segala mimpi yang pernah kita susun bersama. Lupakan setiap
waktu, saat kita bisa saling berbagi satu sama lain. Lupakan! Buang jauh-jauh! Dan
jangan pernah mengharapnya kembali. Saya sudah terlalu sabar dan kini jangan
pernah punya pikiran, kalau saya akan percaya sepenuhnya lagi pada kamu. Jangan
harap saya akan sebaik dulu. Saya lelah! Dan kali ini saya memaksa kamu untuk
memahami.
Maaf
kali ini diksi saya benar-benar berantakan. Pikiran saya terlalu berkecamuk. Terlalu
banyak hal yang minta bisa keluar cepat. Yang saya pikirkan hanya bagaimana
semua hal yang memenuhi otak saya bisa tersampaikan secara tertulis. Itu saja.
Terimakasih karena
pada akhirnya kamu memilih mengakui segala khilafmu.
Terimakasih karena
pada akhirnya kamu bisa mengatakan duniamu yang sebenarnya.
Terimakasih untuk
sekian banyak rasa sakit yang kamu berikan.
Terimakasih sudah
membuat saya menyayangimu dengan segenap yang saya punya.
Terimakasih sudah
menjadi pembohong dan penghianat yang handal.
Terimakasih sudah
mengecewakan saya dengan begitu baik.
Terimakasih,
andai tanpa
kamu, mungkin saya tidak akan percaya,
ada manusia yang
tega menyimpan kebohongan besar selama lebih dari dua tahun.
Ucapkan selamat tinggal, tuan.
Karena mungkin, saya tidak akan
memilih untuk kembali.