Senin, 31 Desember 2012

Malaikat Hujan dan Tahun 2012


Hujan tak berhenti mengguyur Kota Yogyakarta sejak pukul lima sore. Awan putih disusul abu-abu bergelayut dengan manja pada pilar penyangga angkasa. Kilat berkelebat cepat di langit, mengiringi suara guntur yang menggelegar, bersahut-sahutan, menakutkan. Angin berhembus kencang, seperti pencuri yang berlari dikejar polisi. Cuaca tak begitu buruk, sesungguhnya. Tidak memberikan rasa malas atau mengurangi minat berkegiatan, kalau boleh dikata. Namun berhubung ini adalah malam tahun baru, rasanya kurang tepat kalau cuaca yang mengiringi begini adanya.

Aku tidak berminat keluar rumah hari ini. Tidak sama sekali. Bukan karena aku sedang menyandang status jomblo alias tidak punya pacar. Bukan karena aku takut teringat malam tahun lalu, saat sang malaikat hujan datang kerumahku bersama teman-temannya. Uups, aku malah sudah mengingat dan menuliskannya dengan tepat. Bukan. Bukan karena itu. Dan tidak ada hubungan apapun tentang kenangan lalu itu.

Aku menghabiskan hari ini di depan komputer. Memelototi layarnya, sembari tanganku mengetik apa yang dikatakan hati, apa yang menjadi luapan emosiku. Sesekali aku mengambil brownies dan memasukkannya dalam mulut. Sesekali aku mengamati gambar-gambar yang bergerak dibalik layar kaca. Sesekali juga, aku mengingat-ingat sang malaikat hujan agar aku bisa menghasilkan tulisan.

Malaikat Hujan. Dua kata yang sepertinya tidak ada dalam daftar para malaikat penghuni Surga. Namun dua kata itu ada dalam diriku. Dalam otak, hati, jiwa, dimanapun. Nama itu menggambarkan seseorang yang bayangannya selalu hadir kala hujan mengguyur bumi. Ada banyak kenangan tentangnya. Dan sampai pada penghujung tahun 2012 pun, masih terasa sulit untuk melupakannya. Meski itu sudah lama berlalu.

Aku ingin meleburnya. Sungguh. Aku ingin meniadakannya dalam jejak langkahku. Aku ingin menghapus dia, seiring dengan terhapusnya tahun 2012. Namun seperti yang kukatakan tadi. ITU SULIT. Sulit. Sulit. Dan kurasa tak ada kata lain yang bisa lebih tepat menggambarkan semua itu.

Bagaimana mungkin seorang aku bisa melebur dia? Bagaimana mungkin kesendirianku bisa melehkan keping-keping logam yang mengekalkan? Bagaimana mungkin airmataku bisa berfungsi sebagai penghapus paling ampuh, untuk melenyapkan segala kesakitan yang kuderita karena kepergiannya?

Mustahil.

Bersyukurnya, Alkitab menulis bahwa tak satupun hal yang mustahil bagi Sang Pencipta, bagi Sang Hidup. Kalau begitu, maka jalan terbaik yang bisa dipilih adalah membiarkan Sang Hidup sendiri melebur semua tentang 2012. Termasuk, sang malaikat hujan.

Selamat Tahun Baru 2013 :D semoga tahun ini semakin mendewasakan kita :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar