―Antara
aku dan kekasihmu
Keluarga, sekolah, hobi, hubungan persahabatan, dan pacar
tentu sangat menyita perhatianmu. Dengan sedikit sentuhan seni dalam mengatur
waktu, kamu berusaha membagi hati dan pikiran untuk semuanya. Mungkin keadilan
ingin kamu sertakan disini. Namun praktek selalu tak semudah teori.
Keluarga, sekolah, hobi dan hal-hal mengenai dirimu sendiri sudah pasti mendapat tempat khusus di hatimu. Antara sahabat dan pacar, kamu berharap bisa selalu ada untuk keduanya. Tapi tak bisa dipungkiri, seringkali hatimu merasa nyaman ketika dekat dengan pacarmu. Dan karenanya, tanpa kamu sadari, sedikit demi sedikit kamu memotong waktu bersama sahabatmu.
Sahabat, pernahkah terpikir olehmu betapa galaunya sahabatmu
ketika dia menyadari waktumu baginya semakin berkurang?
Sahabatmu berusaha untuk menahan hati dan membiarkanmu
menghabiskan waktu dengan pacarmu. Jauh dalam benaknya, ia ingin pada satu
titik nanti, matamu terbuka dan kamu punya keinginan untuk kembali kepada
sahabatmu. Meski itu butuh banyak penantian dan pengorbanan.
Namun selalu saja, apapun yang ada dalam pikiran sahabatmu sulit menjadi kenyataan. Semakin hari kamu semakin menjauh. Kamu semakin jarang berkumpul bersama sahabatmu seperti dulu. Kamu mulai menutup diri. Menjadi asing dan terlalu asing bagi sahabatmu.
Namun selalu saja, apapun yang ada dalam pikiran sahabatmu sulit menjadi kenyataan. Semakin hari kamu semakin menjauh. Kamu semakin jarang berkumpul bersama sahabatmu seperti dulu. Kamu mulai menutup diri. Menjadi asing dan terlalu asing bagi sahabatmu.
Sahabat, adakah kamu merasa bahwa sahabatmu sangat
merindukanmu?
Sahabatmu bukanlah manusia tanpa masalah. Dia juga memiliki
dilema hidup yang terus menggerogoti hatinya tanpa mampu dikendalikan. Dulu,
bebannya tak begitu berat, karena dia memilikimu. Dulu, kamu selalu ada bagi
dia. Kamu selalu sedia menyendengkan telinga untuk sahabatmu, meski seringkali
apa yang dikatakannya sungguh tak penting dan membuatmu muak. Kamu dengan
senang hati ikut membebani otakmu demi mencari jalan keluar untuk masalah
sahabatmu. Dan ini membuat dia bisa mengecap bahagia meski hanya sedikit.
Sekarang semua sudah berubah. Masalah hidup sahabatmu menyerang dari segala arah. Ditambah oleh samarnya dirimu. Yang memotong waktu dengan sahabatmu karena sekarang ada pacarmu. Manusia yang dirasa lebih mengasyikkan dan menyenangkan.
Sekarang semua sudah berubah. Masalah hidup sahabatmu menyerang dari segala arah. Ditambah oleh samarnya dirimu. Yang memotong waktu dengan sahabatmu karena sekarang ada pacarmu. Manusia yang dirasa lebih mengasyikkan dan menyenangkan.
Sahabat, terlintaskah dalam benakmu bila sahabatmu
kebingungan? Dengan siapa dia harus membagi masalahnya sekarang?
Sahabat, ada satu manusia yang sangat ingin membagi cerita
denganmu. Ia sangat ingin berbagi kebahagiaan denganmu. Tapi ia ragu, masihkah
telingamu tersedia untuknya?
Sahabat, ada kalanya sahabatmu hanya ingin telingamu yang
mendengar ceritanya. Ada kalanya ia ingin hanya kamu yang tertawa, marah,
sedih, bahkan menangis karena ceritanya. Namun seringkali, pacarmu ikut-ikut
mendengar dan merespon. Buruknya lagi, respon pacarmu lebih banyak bernilai
negatif daripada positif. Itu membuat perasaan sahabatmu retak. Tapi ia bisa
apa? Ia tak punya banyak kuasa untuk meminta pacarmu tak ikut campur.
Sahabat, merasakah kamu, betapa kikuknya sahabatmu ketika
dia juga harus menghadapi pacarmu? Merasakah kamu, bila sahabatmu tidak cocok
dengan gaya bercanda pacarmu?
Sahabatmu sebenarnya tidak melarang kamu punya pacar. Ia
sadar benar kamu butuh dibahagiakan oleh cinta. Namun, pernahkah kamu
merenungkan, betapa sakitnya sahabatmu ketika ia melihat perubahan yang besar
dari dirimu yang disebabkan oleh pacarmu? Melihatkah kamu, betapa sahabatmu
benci dengan sikap pacarmu yang overprotect?
Yang dengan sok dewasa berusaha
melindungimu dari hal-hal yang biasa?
Sahabat, bisakah kamu memberitahu sahabatmu tentang apa yang
harus ia lakukan saat ini? Bisakah kamu membisikkan saran di telinganya dan membuat
dia merasa lebih baik?
Sahabat, mungkin kamu memang tak pernah menyadari. Mungkin
kamu menyadari tapi berusaha tak peduli. Mungkin juga, kamu terlalu dibutakan
cinta hingga tak mengerti jalan tengah yang seharusnya bisa kamu ambil.
Sahabat, memang sahabatmu bukan manusia yang sempurna. Namun
jauh di dalam hatinya, ia tak ingin menyakitimu. Maka, sahabatmu memohon maaf
atas segala kekhilafan yang pernah diperbuatnya selama ini. Atas segala bentuk
luka dasar hati yang telah ia torehkan.
Sahabat, meski yang ada di kenyataan adalah pahit, sahabatmu
selalu berdoa untukmu. Agar suatu saat nanti, kamu benar menyadari betapa
berharganya kamu bagi sahabatmu, betapa ia ingin berbagi cerita hanya denganmu
seperti dulu. Betapa ia ingin melihat tawa, tangis, dan marahmu karenanya.
Sahabat, sahabatmu tidak pernah punya keinginan yang
muluk-muluk. Ia hanya ingin kamu tetap mengingatnya, terus menyisakan
kesempatan untuk dia bisa menjadi lebih baik, dan selalu bersedia memberinya
waktu meski hanya satu menit saja untuk dia bercerita dan mengatakan bahwa dia
sangat, sangat dan sangat menyayangimu. Sampai akhir nanti. Sampai kamu dan
sahabatmu sama-sama melintasi awan dan pelangi. Menuju cahaya suci, tempat
kebahagiaan bersemayam. Abadi.
Teriring doa dan
kerinduan karena kehilangan,
-Sahabatmu-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar