Minggu, 17 Maret 2013

Skenario-skenario Penyiksa



―Ternyata ada kalanya hati harus dikorbankan demi kebahagiaan manusia lain. 

Ini kali kedua saya harus mengorbankan hati saya untuk sebuah skenario gila. Sebuah rencana adegan untuk mengerjai orang yang berulang tahun. Saya harus siap dengan segala ketidaknyamanan pada rencana yang ada. Kalau ditanya, sesungguhnya saya tidak suka. Tapi apa boleh buat? Ini demi sahabat saya sendiri.
Skenario penyiksa pertama terjadi pada bulan Februari tahun ini. Kala itu, sahabat saya sendiri yang berulang tahun. Dia memang tidak punya pacar, tapi ya ada seperti kekasih hati. Yang disebut orang jaman sekarang gebetan, atau sejenisnya.

Maka untuk membuat ultah E (sahabat saya) menjadi lebih seru, R (si gebetan) dan BM (temannya si gebetan, teman sahabat saya, teman saya juga) menghampiri saya pada suatu hari. Mereka menjelaskan serinci mungkin tentang rencana yang sudah mereka susun lebih dari 50%. Dari awal, perasaan saya sudah tak enak. Dan perasaan itu semakin bertambah ketika ada rencana tambahan yang harus diselipkan. Sampai-sampai terlontar dari mulut saya sebuah kalimat protes. Sayangnya semua nada-nada muak saya tidak bisa mengubah rencana gila itu barang satu adegan saja. Tapi yasudahlah. Lagipula ini demi sahabat saya sendiri. Demi senyuman dan kebahagiaan di hari ulang tahunnya.

Dalam skenario ini, saya diharuskan berpura-pura jatuh cinta pada R, begitu juga sebaliknya. Dan saya harus menjauhi E selama lebih kurang tiga minggu. Anda tahu? Menjalani semua itu adalah sulit. Apalagi dalam dunia nyata.

Dan bila anda jadi saya kala itu, bagaimana perasaan anda ketika anda diharuskan akting jatuh cinta setengah mati pada manusia yang sama sekali tidak anda suka?
Tapi pada akhirnya, semua ditutup dengan senyuman dan tawa tanda bahagia. Dan saya sungguh bersyukur atas semua itu.

Skenario kedua, baru selesai hari Sabtu kemarin. Kali ini, saya harus mengikhlaskan Arka “dipinjam sebentar” oleh W (sahabat saya yang lainnya) untuk mengerjai A (pacar W). Disini, saya harus rela bermusuhan dengan Arka. Tidak melihatnya, tidak menganggapnya ada. Tapi setidaknya, skenario yang ini tidak sebegitu menyiksa seperti yang sebelumnya. Dan saya bersyukur mengenai hal itu.
Indah, juga menjadi penutup skenario ini. Pada akhirnya baik sutradara, aktor, aktris, klien, dan si korban sama-sama tertawa bahagia.

Yah, memang terkadang hati harus dikorbankan demi kebahagiaan manusia lain :”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar