―Ternyata ada kalanya hati harus
dikorbankan demi kebahagiaan manusia lain.
Ini kali kedua saya harus mengorbankan hati saya untuk
sebuah skenario gila. Sebuah rencana adegan untuk mengerjai orang yang berulang
tahun. Saya harus siap dengan segala ketidaknyamanan pada rencana yang ada.
Kalau ditanya, sesungguhnya saya tidak suka. Tapi apa boleh buat? Ini demi
sahabat saya sendiri.
Skenario penyiksa pertama terjadi pada bulan Februari tahun
ini. Kala itu, sahabat saya sendiri yang berulang tahun. Dia memang tidak punya
pacar, tapi ya ada seperti kekasih hati. Yang disebut orang jaman sekarang
gebetan, atau sejenisnya.
Maka untuk membuat ultah E (sahabat saya) menjadi lebih seru, R (si gebetan) dan BM (temannya si gebetan, teman sahabat
saya, teman saya juga) menghampiri saya pada suatu hari. Mereka
menjelaskan serinci mungkin tentang rencana yang sudah mereka susun lebih dari
50%. Dari awal, perasaan saya sudah tak enak. Dan perasaan itu semakin
bertambah ketika ada rencana tambahan yang harus diselipkan. Sampai-sampai
terlontar dari mulut saya sebuah kalimat protes. Sayangnya semua nada-nada muak
saya tidak bisa mengubah rencana gila itu barang satu adegan saja. Tapi
yasudahlah. Lagipula ini demi sahabat saya sendiri. Demi senyuman dan
kebahagiaan di hari ulang tahunnya.
Dalam skenario ini, saya diharuskan berpura-pura jatuh cinta
pada R, begitu juga sebaliknya. Dan
saya harus menjauhi E selama lebih
kurang tiga minggu. Anda tahu? Menjalani semua itu adalah sulit. Apalagi dalam dunia
nyata.
Dan bila anda jadi saya kala itu, bagaimana perasaan anda
ketika anda diharuskan akting jatuh cinta setengah mati pada manusia yang sama
sekali tidak anda suka?
Tapi pada akhirnya, semua ditutup dengan senyuman dan tawa
tanda bahagia. Dan saya sungguh bersyukur atas semua itu.
Skenario kedua, baru selesai hari Sabtu kemarin. Kali ini,
saya harus mengikhlaskan Arka “dipinjam sebentar” oleh W (sahabat saya yang lainnya) untuk mengerjai A (pacar W). Disini, saya harus rela bermusuhan dengan Arka. Tidak
melihatnya, tidak menganggapnya ada. Tapi setidaknya, skenario yang ini tidak
sebegitu menyiksa seperti yang sebelumnya. Dan saya bersyukur mengenai hal itu.
Indah, juga menjadi penutup skenario ini. Pada akhirnya baik
sutradara, aktor, aktris, klien, dan si korban sama-sama tertawa bahagia.
Yah, memang terkadang hati harus dikorbankan demi
kebahagiaan manusia lain :”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar