Sabtu, 16 Maret 2013

Ketika bahagia tidak bisa dilihat dari mata saya



Sabtu siang setelah pulang sekolah.

Akhirnya selesai juga. Akhirnya berakhir bahagia juga.

Sesuai yang direncanakan, saya dan teman-teman mengambil acara puncak pada hari ini. Tepatnya siang tadi, sekitar pukul 11.00 – 13.00. Saya rasa semua berjalan dengan cukup baik. Hanya saja tadi ada satu adegan yang sedikit menyengat perasaan saya.

Sudah menjadi rahasia umum kalau mas pacar ulang tahun maka mbak pacarnya akan berusaha memberi yang terbaik. Begitu pula sebaliknya. Mulai dari skenario penjebakan, roti ulang tahun, sampai acara romantis-romantisan.  Nah, bagian terakhir inilah yang tidak saya sukai.

Tidak masalah seharusnya bagi saya, karena acara inti ada pada mereka. Tapi tidak mungkin kan bagi seorang saya untuk melarang mata merekam kejadian yang ada? Maka dengan menelan ludah, saya terpaksa membiarkan mata saya melihat dan otak saya memutar kejadian yang sudah berlalu. Selalu begitu.

Sebenarnya saya biasa saja kalau tidak ada airmata yang keluar. Sayang, kali ini tidak. Tanpa bisa saya kendalikan, mata saya terasa pedas dan airmata pun keluar tanpa ada surat perintah. Kedengaran konyol memang, tapi saya bisa apa? Saya sendiri tidak mampu menahan hati untuk tidak mengingat yang sudah berlalu. Jadi, sekali lagi, saya harus menahan perih saat saya hanya bisa melihat kebahagiaan dari mata manusia lain.


Mungkin, saya kurang bisa mengendalikan perasaan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar