Kamis, 06 Juni 2013

Ternyata Kamu



―Untuk seorang pria yang masih bertahan dengan sikap acuh tak acuhnya.
Aku tidak paham mengenai dirimu, sayang. Kamu belum berubah, masih misterius dan penuh kejutan seperti dulu. Selama ini kamu acuh tak acuh pun tak peduli denganku. Aku berusaha menyapamu secara langsung. Tapi responmu membuat nyaliku lari terbirit-birit. Aku sempat kebingungan dengan sikapmu yang aneh itu. Maka kucoba menyentuh perasaanmu sehati-hati mungkin lewat jejaring sosial. Hasilnya cukup mengejutkan. Kamu mulai menanggapi walau sekadar me-retweetnya.

Aku masih menyayangimu. Masih menganggapmu seperti dulu. Meski delapan bulan sudah berlalu tanpamu. Tapi aku berusaha memendamnya dalam-dalam dan menikmatinya dalam kesendirian, mengingat sikapmu yang seolah tak memberi harapan.

Dan sekarang, aku dikejutkan dengan fakta yang sebelumnya tak kuketahui. Tepat sebulan yang lalu, sebentuk kado datang. Aku mendapatnya dari temanku, tapi hatiku mengatakan barang itu bukan darinya. Aku sudah bosan bertanya “ini dari siapa?” tapi dia tetap bungkam. Kalimatnya malah mengacaukan logikaku. Sampai pada suatu hari, untuk kesekian kalinya―demi menghapus semua rasa penasaranku―aku bertanya, sekali lagi.

Awalnya, dia tetap teguh pada pendiriannya. Menolak untuk mengatakan siapa manusia dibalik kado istimewa itu. Tapi aku tidak menyerah, aku sudah tidak tahan lagi untuk menunggu lebih lama. Dia memberiku kesempatan untuk menebak. Dan aku mengucapkan namamu.

Dua detik setelahnya aku tersentak. Kepalanya mengangguk dan seakan mataku tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Kamu! Sungguh kamu, benar-benar kamu dibalik semua itu. Aku bahkan terlalu kaget sehingga seluruh kosakata yang tersimpan di otak  hilang tak berbekas. Aku tidak bisa menahan senyumku juga tawaku. Fakta yang ada serasa terlalu indah untuk dirasakan.

Sekarang, aku tidak menyesal dengan keputusanku untuk tetap menjaga hati ini untukmu. Aku tidak menyesal sudah menyabut paksa semua perasaanku pada manusia lain. Aku tidak menyesal sudah berharap padamu. Aku juga tidak menyesal sudah jatuh cinta pada kadomu sebelum aku mengetahui kalau barang itu benar darimu.

Sayang, aku ingin kamu datang kembali dan memberiku kesempatan meski hanya satu kali. Aku ingin semua yang kita sebut indah bisa kita rasakan bersama seperti dulu lagi.
Aku masih mencintaimu, sayang. Aku masih menyayangimu.
Dan akan selalu demikian, sampai kapanpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar