―Untuk seorang pria yang masih bertahan dengan sikap acuh tak
acuhnya.
Aku tidak paham mengenai dirimu, sayang. Kamu belum berubah,
masih misterius dan penuh kejutan seperti dulu. Selama ini kamu acuh tak acuh
pun tak peduli denganku. Aku berusaha menyapamu secara langsung. Tapi responmu
membuat nyaliku lari terbirit-birit. Aku sempat kebingungan dengan sikapmu yang
aneh itu. Maka kucoba menyentuh perasaanmu sehati-hati mungkin lewat jejaring
sosial. Hasilnya cukup mengejutkan. Kamu mulai menanggapi walau sekadar
me-retweetnya.
Aku masih menyayangimu. Masih menganggapmu seperti dulu.
Meski delapan bulan sudah berlalu tanpamu. Tapi aku berusaha memendamnya
dalam-dalam dan menikmatinya dalam kesendirian, mengingat sikapmu yang seolah
tak memberi harapan.
Dan sekarang, aku dikejutkan dengan fakta yang sebelumnya
tak kuketahui. Tepat sebulan yang lalu, sebentuk kado datang. Aku mendapatnya
dari temanku, tapi hatiku mengatakan barang itu bukan darinya. Aku sudah bosan
bertanya “ini dari siapa?” tapi dia tetap bungkam. Kalimatnya malah mengacaukan
logikaku. Sampai pada suatu hari, untuk kesekian kalinya―demi menghapus semua
rasa penasaranku―aku bertanya, sekali lagi.
Awalnya, dia tetap teguh pada pendiriannya. Menolak untuk
mengatakan siapa manusia dibalik kado istimewa itu. Tapi aku tidak menyerah,
aku sudah tidak tahan lagi untuk menunggu lebih lama. Dia memberiku kesempatan
untuk menebak. Dan aku mengucapkan namamu.
Dua detik setelahnya aku tersentak. Kepalanya mengangguk dan
seakan mataku tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Kamu! Sungguh kamu,
benar-benar kamu dibalik semua itu. Aku bahkan terlalu kaget sehingga seluruh
kosakata yang tersimpan di otak hilang
tak berbekas. Aku tidak bisa menahan senyumku juga tawaku. Fakta yang ada
serasa terlalu indah untuk dirasakan.
Sekarang, aku tidak menyesal dengan keputusanku untuk tetap
menjaga hati ini untukmu. Aku tidak menyesal sudah menyabut paksa semua
perasaanku pada manusia lain. Aku tidak menyesal sudah berharap padamu. Aku
juga tidak menyesal sudah jatuh cinta pada kadomu sebelum aku mengetahui kalau
barang itu benar darimu.
Sayang, aku ingin kamu datang kembali dan memberiku
kesempatan meski hanya satu kali. Aku ingin semua yang kita sebut indah bisa
kita rasakan bersama seperti dulu lagi.
Aku masih mencintaimu, sayang. Aku masih menyayangimu.
Dan akan selalu demikian, sampai kapanpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar