Kita sudah berpisah sekian lama, sayang. Dan masing-masing
dari kita seolah menolak untuk berpindah ke lain hati. Kamu masih saja sendiri.
Begitu pula denganku. Entah apa yang mendasari kesendirianmu. Dariku, aku masih
mencintaimu hingga aku tak sanggup menghapus semua hal berbau dirimu. Aku masih
memikirkanmu dan mendoakanmu setiap hari, seperti kau masih terikat suatu
hubungan denganku.
Kita sempat saling diam beberapa bulan. Serius pada jalan
hidup masing-masing dan berusaha menepis semua keindahan yang pernah kita
rasakan. Sampai pada suatu waktu, aku tidak tahan lagi untuk hidup dalam
kepura-puraan. Aku tidak bisa bertahan dalam kebohongan. Aku tidak bisa bohong
pada semua orang juga diriku sendiri, kalau aku masih menyimpan perasaan yang
sama untukmu.
Aku mulai jujur di jejaring sosial. Aku mulai mengungkapkan
rasa apa yang ada di dalam hati ini, dan seberapa keras perjuanganku untuk
mempertahankan semua itu. Aku mulai rajin menuliskannya sekalipun aku tidak
berani berharap kamu akan membaca lalu membalasnya. Tapi justru itulah yang
terjadi. Kamu mulai me-retweetnya.
Kamu mulai menulis tweet yang sedikit
menyentil perasaanku.
Jujur, aku senang. Respon sederhana itu seakan membuat
harapanku menebal dan aku tidak mampu menyembunyikan bahagia ini. Kamu juga
ikhlas datang jauh-jauh ke rumah temanku demi menitipkan kado ulang tahun yang
sudah kamu siapkan untukku. Suatu hal yang tidak kuduga sama sekali. Namun
terkadang, aku bertanya-tanya mengapa kamu masih saja jual mahal di depanku.
Masih selalu menjawab pertanyaanku sesingkat mungkin. Seperti menggambarkan
kemuakan yang amat sangat.
Maka, buatlah aku paham dengan caramu, sayang. Buatlah aku
berhenti menggores tanda tanya besar di dalam hati. Buatlah aku berhenti
memusingkan sikap acuh tak acuhmu. Buatlah aku berhenti menebak-nebak
perasaanmu.
Aku ingin kita seperti dulu lagi, sayang. Berbagi sedih dan
senang bersama. Menghabiskan waktu bersama. Bercanda bersama. Tertawa bersama.
Dan merangkai impian kita bersama. Aku sungguh berharap saat-saat indah itu
kembali lagi, sayang. Meski kamu masih tetap memilih acuh tak acuh denganku.
Aku merindukanmu, sayang. Aku merindukanmu. Tak peduli apa
responmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar