Aku bukan tuhan, sayang. Juga bukan malaikat. Kamu tentu
tahu itu. Aku manusia biasa, sama seperti kamu. Aku tidak punya hak untuk
mengatur hidupku sendiri. Aku tidak boleh tahu hal apa yang akan terjadi
setelah ini. Jangankan hari esok, satu jam yang akan datang saja aku tidak
tahu.
Jujur saja, aku tidak berhenti mempertanyakan semuanya pada
Tuhan. Aku masih mengirim tanda tanya besar pada-Nya tentang kita. Tentang
semua hal yang Dia ijinkan terjadi dalam hidup kita. Hal-hal yang membuat kita
bahagia, kecewa, marah, sedih, semuanya.
Sayang, seperti yang kita ketahui, cinta manusia memang
tidak sempurna. Karena yang sempurna hanya milik Dia, Tuhan yang mengijinkan
kita ada dalam waktu yang sama. Aku tidak protes akan ketidaksempurnaan cinta
kita, sayang. Aku hanya belum paham. Aku belum mampu mengerti mengapa harus
sedemikian sakit yang kita rasakan. Mengapa deraan itu datang, ketika kita
mulai mantap dengan pilihan kita? Mengapa perpisahan itu muncul, saat kita
sudah selesai merangkai mimpi dan harapan-harapan kita?
Kalau ditanya, tentu aku tidak ingin semua ini terjadi.
Siapa yang rela kebahagiaannya diambil secara paksa? Hanya manusia bodoh yang
benar mengikhlaskannya. Kadang aku berpikir, apa benar kita masih diberi kesempatan
untuk bersama lagi? Apa iya, kita masih punya cukup waktu untuk memungut
mimpi-mimpi kita yang berserakan, lalu menyusunnya dengan hati-hati, seperti
yang dulu kita lakukan?
Aku selalu berharap semua yang kita sebut bahagia bisa
kembali, dan kita bisa merasakannya lagi. Tapi aku takut, sayang. Aku takut
semua itu takkan terwujud karena kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama.
Sayang, mungkin yang kupertanyakan dan kutakutkan juga yang
kau pertanyakan dan kau takutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar