Aku bukan siapamu. Aku tak punya hak untuk mencemburui
kedekatanmu dengan wanita lain. Aku tak diperbolehkan protes saat kamu tidak
meresponku dengan baik. Tapi aku sendiri juga tak mampu mendinginkan hati
ketika kulihat wall facebookmu dipenuhi tulisan-tulisan wanita lain. Atau
ketika kamu mengacuhkanku. Aku sendiri juga tak paham, penyakit apa yang sedang
melanda hatiku.
Aku selalu dibuat pusing dengan sikapmu yang tak tertebak itu.
Kamu masih sama dengan kamu yang dulu. Misterius dan penuh kejutan. Dua hal itu
yang kurasa mampu membuatku mati-matian mempertahankan perasaan ini kepadamu.
Bagaimana tidak? Di satu sisi, kamu membuatku galau dengan respon cuekmu. Tapi
di sisi lain, kamu menciptakan atmosfir bahagia yang belum tentu pria lain bisa
mewujudkannya.
Lantas, aku yang harus kulakukan, sayang? Aku bingung disini
dan kamu tetap tak peduli dihadapanku.
Aku ingin berjuang. Tapi aku takut. Aku takut kalau
perjuanganku adalah sesuatu yang salah dan akan membuatku jauh lebih terpuruk
lagi. Aku tidak bisa membayangkan rasanya kelelahan sekaligus kehilangan. Maka
aku bersikeras bertahan dalam ketidakjelasan sikapmu ini. Bodoh, memang. Tapi
aku punya hak apa?
Hah, seandainya aku mampu membuatmu kembali, sayang.
Seandainya hatiku lebih kuat dari yang kumiliki. Seandainya aku bisa mendapat
kesempatan kedua tanpa perlu mengorbankan bahagiaku terlalu banyak. Seandainya,
seandainya.
Ini doaku, sayang: berharap kamu akan kembali. Berharap kamu
bisa kugapai lagi. Meski hanya dalam mimpi :”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar