Saya terbangun dengan keringat bercucuran dan detak yang
berlari. Mimpi barusan benar-benar buruk. Rasanya seperti nyata. Tiba-tiba saja
saya merasa takut. Bila di mimpi saja saya bisa begitu, bagaimana kenyataannya?
Oh tidak. Jangan. Jangan. Saya sudah merasa sakit tentang
kejadian akhir-akhir ini. Dan saya tak ingin mimpi buruk itu tertuang di kisah
saya.
Sebenarnya, ini bukan urusan saya. Tapi entah mengapa, saya
senang memikirkannya. Memikirkan Anda. Tentang Anda.
Sesungguhnya, Anda itu baik. Hanya saja, sikap Anda sering
membuat saya memeras otak. Saat saya tidak benar-benar sendiri, Anda ada di
samping saya. Anda selalu sedia meluangkan waktu untuk bersama saya meski tak
ada topik yang benar-benar saya ingin bahas. Disitu Anda seolah membuat saya
terlalu yakin mengenai Anda dan rasa dalam hati Anda yang dialamatkan pada
saya.
Dan sekarang, saat saya benar-benar sendiri, SLASH!! Anda menghilang.
Maksud saya bukan menghilang tak berbekas, tapi seolah Anda menarik diri dari
hidup saya.
Kalau saya boleh jujur, itu sakit. Akhir-akhir ini saya
sering membutuhkan Anda. Saya butuh telinga Anda untuk masalah-masalah saya.
Sayangnya, saya tak lagi mendapatkannya. Ketika saya butuh, Anda justru
menghabiskan waktu bersama teman-teman dan mantan Anda di hadapan saya. Saya
disini hanya bisa diam dan memperhatikan Anda dari kejauhan.
Sebenarnya, saya bisa saja memanggil Anda. Tapi mengingat tentang diri sendiri,
saya jadi mengurungkan niat itu.
Saya tahu, saya bukan siapa-siapa dibanding mereka yang
namanya ada di lembar pertama otak anda.
Mereka, termasuk Anda, adalah orang-orang yang dikenal dan diperhitungkan. Coba
bandingkan dengan saya. Pasti jauh sekali. Apa yang mau dibanggakan dari saya?
Saya sempat mendengar dari teman saya, anda akan kembali
menjalin hubungan dengan.... Ehm,.
Dan itu mebuat saya kacau balau. Saya merasa jatuh, merasa bodoh karena seakan
anda menipu saya soal ini.
Tapi saya bisa apa?
Apakah saya harus menangis sejadi-jadinya? Bersujud memeluk
kaki anda seperti orang gila dan berkata, “I need you” ?
Saya pikir tidak.
Saya rasa itu sia-sia.
Toh semua usaha saya belum tentu membuat anda kembali
seperti dulu.
Saya heran, dimana anda yang dulu?
Hanya pamit sementarakah atau memang berniat pergi?
Kalau pamit sementara, saya harap anda cepat kembali.
Kalau memang berniat pergi, ya silakan.
Mungkin sudah jalannya saya begini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar