Kamis, 19 November 2015

Selamat, bahagia!

Halo, yang pernah kusayang sesaat. Hahaha.

Aku tiba-tiba ingin menulis ini. Kemarin seorang teman memberitahuku kalau kamu sudah punya kekasih. Sebenarnya aku tak paham mengapa ia mengabarkan itu padaku. Tak penting bukan buatku? Kecuali ada yang lebih besar dari itu. Misalnya saja kamu menikah atau apalah. Hahaha. Maafkan, aku cuma bercanda. Entah mengapa selera humorku sedang rendah-rendahnya. Oh, aku tak peduli. Mungkin aku terlampau lelah berkencan dengan soal-soal ujian.

Baiklah. Aku ikut bahagia kamu sudah punya yang lebih dari aku. Jadi, move on tak seburuk itu, bukan? Kamu tak perlu waktu lama untuk berpindah ke lain hati. Maka jangan menilainya seburuk itu kala kamu belum mengalami. Kudengar wanitamu sangat sayang padamu, bukan? Tak seperti aku yang ternyata hanya bawa perasaan sesaat. Itu salah satu kekonyolanku dan akupun heran bagaimana bisa aku mengartikan pesonamu seberlebih itu. Ternyata aku pernah bodoh juga. Jadi bersyukurlah aku minta lepas. Aku telah menyelamatkanmu dari cintaku yang tak seberapa itu. Kamu pantas dapat yang jauh lebih baik, dan bukan aku tentunya. Simpanan rasamu sejak SD yang telah kutolak mentah-mentah adalah bukti bhawa aku memang bukan buatmu. Sempurna! Oh aku terlalu bahagia.

Aku benar-benar bersyukur kamu dulu mau saja kuajak jalan sendiri-sendiri lagi. Kalau memang takdir labirin kita berbeda, sekuat apapun kamu kepingin pasti tidak akan bisa. Dan aku berterimakasih untuk itu. Terimakasih untuk kesediaanmu melepasku dan membiarkanku terbang bebas ke dunia petualanganku. Dengan teman-teman yang membuatku merasa jauh bahagia. Aku tahu kamu sempat patah. Tapi kini ada kekasihmu yang bisa menjadi penyembuh. Aku senang.

Oh, ya. Awalnya aku sempat ingin marah kala kutahu, kamu penah mencium kekasihmu saat kita masih bernaung dalam status yang sama. Bukan marah karena cemburu, tapi karena kecolongan! Seharusnya aku tahu itu  dari awal jadi aku punya alasan kuat untuk minta dilepas. Sudahlah, ya. Itu masalalu.

Intinya kita sama-sama munafik, bukan? Setiap manusia punya sisi kemunafikan masing-masing. Sudah rahasia umum. Jadi buatku (seharusnya waktu itu) sebelum kamu melimpahkan sumpah serapah dan amarah karena aku setega itu, kamu cek bagaimana kelakuanmu. Baik, aku memang menyia-nyiakan kamu, kuakui. Tapi kamu juga berbuat ‘yang iya-iya’ dibelakangku. Impas bukan? Jadi, jangan dendam, ya.

Kalau aku boleh cerita, aku bahagia benar kamu lepas, sungguh. Aku tak tahu harus berkata apalagi, aku kehilangan banyak kalimat saking senangnya. Aku merasa duniaku kembali dan hati ini jadi berwarna lagi. Aku sekarang punya manusia kesayangan, kalau kamu mau tahu. Dia baik, sungguh. Terimakasih sudah memberiku jalan untuk bisa mendekatinya. Semuanya takkan terjadi andai kita tak lagi sama-sama sendiri.

Sudah, ya. Aku memang cuma berniat mampir. Aku mau terbang lagi.

Selamat menghabiskan malam-malam bahagia bersama kekasih barumu!

Jangan berbuat ‘yang iya-iya’ sebelum waktunya, ya! Hahaha.

Salam hangat dari masalalumu,
yang merasa sangat bodoh pernah bawa perasaan buatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar