Sabtu, 10 Mei 2014

Mempertanyakan Kita

Aku memilikimu, kata mereka.
Tapi buatku, kenyataannya tak begitu.
Kamu seakan ada dalam sebuah saput.
Sendirian, terbungkus, tak tertembus.
Hanya kamu disitu.
Kamu, dirimu, jiwamu, duniamu, cintamu, kesenanganmu,
Tanpa aku.

          Seperti banyak manusia tak penting yang datang dan pergi,
          Seperti banyak orang tak berguna yang singgah sejenak lalu melangkah,
          Begitu pula aku.
          Kau diamkan aku, selalu.
          Tak peduli kala aku punya tanya beribu.

Aku kekasihmu, mereka bilang.
Namun, adakah aku memilikimu?
Kamu selalu memendam rasa.
Menguburnya dalam-dalam selagi bisa.
Kadang kamu menikmatinya,
Kadang kamu dibuat bosan olehnya,
Kadang kamu menertawainya,
Kadang pulakamu menangisinya.

          Kamu menyimpan sendirian bahagiamu, selalu.
          Tapi mengapa kau bagi sedih sendu pedih perih juga amarahmu denganku?
          Maka jangan heran bila aku merasa aku adalah sampahmu,
          Bukan kasihmu.

Aku benci jadi manusia yang suka melirik milik orang lain
Dan dibuat iri oleh apa yang dimilikinya.
Tapi kamu buatku jadi begitu.
Denganmu, bersamamu, aku berkenalan dengan rasa sakit
Dan dibuat terbiasa olehnya.
Sakit begitu baik.
Ia selalu menyempatkan diri untuk singgah,
Hari lepas hari.
Aku ditemani olehnya,
Ia ada. Selalu.
Seperti adanya kamu yang sedang menahan sendu.

          Aku ingin bahagia.
          Aku lelah, gundah, resah.
          Ada banyak rasa yang kadang membuatku ingin marah.

Aku ingin tertawa
Lepas.
Bagai manusia yang paham benar bagaimana bersahabat dengan dunia.

          Salahkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar