Pagi datang.
Aku membuka mata dan kurasakan tak ada lagi rapalan namamu
dalam doa di awal hari. Entah mengapa, bayangmu yang dulu selalu kurindukan
kini terkesan asing dalam sanubari. Kau telah hilang. Kau telah pergi.
Namun, harus kuakui, seringkali aku masih memikirkanmu :”)
Aku masih ingat, saat pulang dari RS.Wirosaban, hujan turun
deras dan kita berteduh bersama. Angin bertiup kencang, membuatku merinding,
kedinginan. Aku meletakkan kepalaku di punggungmu, mencari-cari kehangatan. Lalu
kurasakan tanganmu dengan penuh kasih bergerak merangkulku. Mengalirkan panas
dari tubuhmu ke tubuhku.
Aku masih ingat, saat kita
menghadiri konser di Gereja Kumetiran. Aku terhanyut dalam alunan musik dan kurasakan tanganmu menghampiri tanganku, menggenggamnya erat, seolah tak ingin ada perpisahan di antara kita. Sangat indah.
menghadiri konser di Gereja Kumetiran. Aku terhanyut dalam alunan musik dan kurasakan tanganmu menghampiri tanganku, menggenggamnya erat, seolah tak ingin ada perpisahan di antara kita. Sangat indah.
Aku masih ingat, saat kita sempat berbeda pendapat, kau
bersedia meluangkan waktu untuk menjemputku. Dalam perjalanan kita saling diam
sampai akhirnya berhenti dan kau membuka pembicaraan. Kau menarik tanganku,
melingkarkan tanganmu di pinggangku. Hangat. Lalu kau mendekatkan bibirmu ke
telingaku dan bebisik, meminta maaf. Kau eratkan pelukan, dengan desahan
penyesalan telingaku tergelitik saat kau berkata, “AKU SAYANG KAMU”.
Aku juga masih ingat, di Sabtu yang panas itu, kita bertemu
untuk terakhir kalinya. Dan aku tak lagi merasakan kehangatanmu. Tak lagi
melihat senyum dan tatapanmu yang indah. Bibirmu, rangkulan, dan dekapanmu
seolah hilang tertelan waktu. Kau berubah. Asing. Sangat asing. Disitulah aku
sadar, aku telah kehilanganmu.
Kini, kita berada di hati yang berbeda.
Meski demikian, aku masih mengenangmu. Maaf. Kau sudah
terpatri terlalu dalam di hatiku.
Jadi dengan perlahan, biarlah hujan melunturkan rasa kita. Biarlah matahari melelehkan cinta kita. Biarlah angin menghapus kisah kita.
Jadi dengan perlahan, biarlah hujan melunturkan rasa kita. Biarlah matahari melelehkan cinta kita. Biarlah angin menghapus kisah kita.
Hingga suatu saat, kita bisa melangkah dengan jalan hidup
masing-masing dan mengubur semua tentang kita, kenangan kita :”)
With love,
Litha :")
Litha :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar