+ : mengapa kita dipertemukan kalau akhirnya hanya
berpisah?
- : mengapa kamu masih bernapas
padahal kamu tahu bakal mati?
+ : karena aku bernapas tanpa kuatur. Sejak aku lahir,
aku sudah seperti ini.
- : dan cinta ada jauh sebelum
kamu lahir. Karena kamu takkan lahir tanpa cinta dari Tuhan dan orang tuamu.
+ : tapi mengapa aku tak dapat cinta dari seseorang
yang kuharapkan?
- : siapa? Dia tak mencintaimu
sama sekali?
+ : dia pernah mencintaiku. Tapi aku salah sudah
mengatainya ketika aku terpancing emosi. Dan kini dia pergi. Dan adakah kamu
tahu? Hal yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang paling kita cinta
pergi meninggalkan kita hanya karena kesalahan kecil yang kita buat. Maaf telah
terucap berkali-kali. Tapi kurasa, itu takkan membuat dia kembali.
- : oh, ya? Kamu mengatakannya
seperti seseorang yang terluka.
+ : memang aku terluka.
- : mengapa? Itu kan salahmu.
+ : memang itu salahku. Tapi tak bisakah aku mendapat
satu kesempatan lagi? Setiap manusia punya dosa, bukan?
- : dan dari dosa itu, pasti ada
yang mampu kamu hindari, bukan? Manusia tidak buta soal apa yang baik dan
jahat. Hanya saja mereka kurang teliti, dan tak mau berkaca pada diri sendiri.
+ : yang mereka butuhkan hanya kesempatan!
- : kamu pikir semudah itu
mendatangkan kesempatan? Kesempatan hanya datang satu kali untuk kasus dan
kejadian yang sama.
+ : aku tahu. Tapi bukankah Tuhan begitu murah hati?
Ia mau memberi kita waktu untuk belajar kembali.
- : tapi mestinya kamu tak
segegabah itu. Kamu telah membuat luka. Dan sekalipun kamu telah mengucap maaf,
bukan berarti segalanya dapat kembali.
+ : begitukah? Jadi kamu juga takkan kembali?
- : tidak. Apa itu mengganggumu?
+ : sangat.
- : mengapa? Bukankah banyak orang
lain diluar sana?
+ : aku mengharapkan kamu, bukan yang lain.
- : berarti kamu bodoh karena
memaksa hatimu untuk terus merasakan sakit. Padahal dia bakal cepat sembuh.
Tapi kamu menolak kesembuhan itu.
+ : apa artinya sembuh kalau aku tetap hidup tanpamu?
- : ayolah, jangan begitu. Masih
banyak yang jauh lebih baik dariku. Kamu mengatakannya seakan dunia cuma punya
satu wanita. Jangan egois.
+ : aku tidak egois. Aku menuruti hatiku.
- : bagaimana bila ada orang yang
mati-matian memperjuangkanmu? Bagaimana bila dia melakukan apapun hanya untuk
membuatmu tertawa? Apa kamu akan tetap mengabaikan dia?
+ : aku akan tetap mengabaikannya. Kecuali dia adalah
kamu.
- : dia takkan mungkin jadi aku,
karena aku takkan mungkin pula kembali hanya untuk memperjuangkanmu.
+ : mengapa kamu takkan kembali?
- : karena rasaku tak lagi sama.
Dan kamulah yang membuatnya jadi demikian.
+ : aku kan sudah minta maaf. Ayolah, masa kamu tidak
pernah punya pikiran untuk kembali? Sebegitu mudahnya kamu melupakan cinta
kita?
- : aku tidak melupakannya. Aku
menyesalinya. Seandainya kamu tidak mengataiku. Seandainya kamu mampu
mengontrol hatimu, segalanya takkan berbalik jadi menyakitkan begini.
+ : lalu kamu menyerah? Kamu mundur? Hanya dengan
alasan kamu telah sampai pada rasa sakit itu?
- : sudah kubilang, segalanya tak lagi
sama. Aku bisa saja sabar, tapi kalau kamu membawaku pada ujung tanduk itu,
maka aku bakal bisa jatuh, pecah. Dan rasa yang pecah takkan mungkin jadi utuh
kembali. Kecuali kamu bisa memutar waktu.
+ : begitu?
- : ya.
+ : tidak bisakah kita mulai dari awal?
- : tidak. Mengapa kamu tidak
mencari wanita lain saja? Kupastikan mereka bakal lebih baik dan lebih sabar
menghadapi kamu.
+ : aku tidak peduli. Cuma kamu yang kamu mau.
Tidakkah kamu ingat? Setiap kali ada pertengkaran hebat diantara kita, dan akhirnya
kita putus atau berpisah sejenak, bukankah aku tetap saja sendiri? menurutmu
mengapa aku begitu?
- : aku tidak tahu. Memangnya
mengapa?
+ : karena kamu adalah pilihanku. Aku bisa saja
mencari orang lain. Tapi aku takkan melakukannya. Karena kamu yang kumau. Bukan
orang lain. Dan aku akan tetap bertahan disini sampai kamu kembali. Sampai
kapanpun itu, aku tetap disini. Sekalipun kamu bahagia dengan orang lain,
sekalipun aku telah terhapus dari otakmu, sekalipun rasamu padaku telah hancur,
sekalipun hatimu telah tertutup, aku tetap disini. Aku selalu disini. Menunggu
kamu kembali. Meski harus sampai kutemui maut agar kita bisa bersatu, aku tak
peduli.
- : tidakkah itu keputusan yang
menyakitkan buatmu?
+ : ya. Tapi aku telah memutuskannya. Dan aku akan bertahan,
meski kamu tidak. Nah, sekarang tinggal keputusanmu. Apapun itu, aku terima.
Pergilah, jika kamu berniat pergi. Aku akan selalu disini, menunggu kamu
kembali. Karena aku percaya, sejauh apapun kaki melangkah, ia akan tetap
kembali ke rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar