“Berhentilah jadi
dirimu sendiri, karena ada seseorang yang makin tak mampu keluar dari rasa
sukanya, padamu.”
Hai. Untuk kali kedua.
Jarak mulai mempersempit tubuhnya, dan kini bentangan
kesempatan terpampang jelas di depan mata. Sedekat itu kamu sekarang. Mestinya
aku senang. Tapi bukan itu yang kurasakan. Aku justru benci pada keadaan ini.
Benci berada dalam jarak sedekat ini. Benci bisa melihat kamu sebegitu jelas,
tanpa perlu bantuan kacamata atau sejenisnya. Andaikata jiwamu sedang berkelana
sendirian, mungkin tak sebegini tertekannya aku. Tapi keadaan tak mau toleransi
tentang perkara itu. Layaknya supernova, aku kini sekarat.
Dan disinilah kita. Berdiri sejajar dengan analogi Bermuda.
Aku, kamu dan kekasihmu. Terjebak dalam potongan kisah yang sama. Bertahan
dalam dunia masing-masing kita. Seperti gas methan dan pusaran air yang mampu
melenyapkan pesawat dan kapal, begitulah pesonamu, menarik sayapku kuat,
menjebakku dalam ketidakberdayaan. Lalu, kekasihmu akan bertindak seperti medan
graviti terbalik yang akan mengacaukan kompas dan alat navigasiku, agar aku
makin terjebak dalam putaran rasa yang makin lama makin menyiksa.
Rasa yang tercetak dalam bidang segitiga ini membuatku
kehabisan banyak oksigen untuk tetap bertahan dalam kesadaran. Kesadaran bahwa
jabatanku hanya sebatas teman. Kesadaran bahwa kedekatan kita hanya berdasar
suatu alasan. Kesadaran bahwa kamu dan dia adalah alasan perih ini ada dan
menjalar, berjalan persis runutan kekaguman akan kamu. Dan ketika kamu telah
mendapat apa yang kamu perlu, kamu bakal pergi. Itu sudah pasti. Mestinya aku
bisa mengendalikan diri dan menahan perasaan ini. Tapi hal-hal sederhana yang kamu
lakukan, tingkah konyolmu karena keingintahuan sukses membawaku terbang. Aku
tahu akan takkan sanggup. Sayapku takkan mampu bertahan. Aku butuh jalan untuk
kembali pulang.
Jadilah orang lain. Jadilah siapapun yang bakal membuatku
menjaga jarak ini. Karena sosokmu telah menjelma jadi lebih dari sekadar
bayangan terang yang selalu ingin kuketahui.
Atau,
Jatuhkan aku, sekarang. Biarkan aku pulang. Karena
kesiapanku tak bertahan lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar