Aku sudah berjuang sangat keras untuk bisa melupakanmu. Aku
sudah memeras tenaga untuk bisa menepis bayangmu. Aku sudah menahan hatiku agar
tidak tenggelam dalam kerinduan akan sosokmu. Berusaha kuabaikan kenangan-kenangan
kita dulu. Berusaha tak kuindahkan senyum dan tawamu yang selalu berputar-putar
di otakku.
Aku berhasil.
Aku mulai terbiasa dengan sisi jiwaku yang sendirian. Aku mulai kerasan dengan duniaku yang tanpa dirimu. Tapi ternyata, semua itu tak berlangsung lama.
Aku mulai terbiasa dengan sisi jiwaku yang sendirian. Aku mulai kerasan dengan duniaku yang tanpa dirimu. Tapi ternyata, semua itu tak berlangsung lama.
Tiba-tiba aku merasa ada satu lubang di hatiku. Kucoba untuk
membiarkan keberadaannya. Lagi-lagi, itu perbuatan yang salah. Lubang itu
semakin besar. Semakin berkuasa. Semakin menggerogoti hatiku. Menyerobot jalan cintaku. Menutup mata
hatiku.
Seakan tak mampu bergerak sesuai kemampuanku, seakan semua
gerakanku dikendalikan oleh lubang itu, aku membiarkan kepalaku menoleh ke
arahmu lagi. Aku mengikhlaskan mataku menangkap siluetmu lagi. Matamu.
Hidungmu. Bibirmu. Masih terpahat indah. Masih menimbulkan rindu yang menggamit
resah.
Tanganku terangkat sebelum aku mampu menahan diri. Ia
seperti punya pikiran sendiri. Kakiku berderap sebelum aku sempat menyadari. Ia
seperti punya keinginan sendiri. Aku berlari. Berusaha menggapai sosokmu dengan
jemariku yang kian melemah. Kamu terlihat semakin jauh. Tapi titik awal ini aku
sungguh tidak peduli. Aku terus berlari. Tapi pada satu titik, ketika lelah
mulai berjangkit di seluruh tubuh, aku menyadari aku tidak mungkin bisa
menggapaimu lagi.
Sejenak, aku berhenti. Terengah-engah. Kehilangan arah.
Terhuyung-huyung aku jatuh terduduk. Mulai gelisah. Mulai
resah. Mulai gundah. Tak lagi kudapatkan bayanganmu berdiri di satu arah. Kamu
menghilang. Tanpa bekas.
Rindu mulai menggebu. Sekeliling gelap menambah galau
hatiku. Aku merana. Aku putus asa. Tapi aku yakin itu semua tak mampu
menyeretmu pulang.
Hari ini aku disadarkan kenyataan. Kamu adalah masalalu. Dan
disanalah kamu harus berada. Disanalah kamu harus tinggal. Disana aku bisa
menemukanmu. Tapi bukan menemukan untuk didapatkan. Bukan menemukan untuk
mengusir kerinduan. Bukan menemukan untuk dijadikan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar