Aku benci akan rasa ini, dan benci pula ketika aku tak
sanggup memendamnya.
Jadi semenyenangkan ini buat kalian, bukan? Baiklah. Aku
paham. Aku mencoba paham ketika diantara kita akulah yang paling ingin bisa ada
bersama kalian dalam momen macam itu. Aku yang paling heboh cari banyak
informasi untuk kita bisa setidaknya belajar membuat momen itu. Segalanya butuh
proses tentu. Tak mungkin ada manusia lahir dan langsung jadi yang paling ahli
dan professional. Setiap manusia harus mengalami suatu kondisi amatir, dan
perlahan belajar dari semua kesalahan dan kesempatan, hingga ia berada dalam
posisi lebih tahu dari yang lain. Setujui saja kalau ada pernyataan bahwa tak
ada orang yang lebih pintar. Yang ada hanya orang yang lebih tahu. Karena untuk
itulah hidup hanya diisi oleh pembelajaran. Kita akan mengalami roda yang tiap
sisinya memiliki bahagia dan kesedihan masing-masing. Tentu mau tak mau, setiap
hari kita belajar dari apa yang kita ketahui. Tentang rasa sakit karena dimanfaatkan,
diabaikan, kemudian dikhianati. Bicara adalah sesederhana itu bukan? Membuat
kalimat adalah semudah itu. Tapi hidup adalah realita, dan hari-hari adalah
nyata. Terasa. Dan bukan bualan semata.
Aku berusaha mengakui hari ini otakku kacau dan aku merasa
telah banyak meracau. Lalu mataku jadi serapuh lilin yang mudah patah dan
meleleh. Aku tahu benar siapa penyebab airmata ini. Kalian yang tiap harinya
pernah membuatku merasa aku adalah manusia paling bahagia di dunia. Kalian yang
tiap waktu mencuri banyak rasa dalam hati. Kalian yang….. ah, jadi sesulit ini
membicarakannya. Tapi, entah mengapa aku merasa tak perlu menyalahkan
siapa-siapa. Adakah yang perlu dipermasalahkan lagi? Sang Waktu telah memberi
kode untuk kita agar siap, hanya saja mungkin tak satupun dari kita
mengubrisnya. Dan kesadaran datang ketika hati pilih menjauh. Lantas, adakah
yang perlu disesali? Mestinya tidak. Tapi, lagi. Airmata adalah satu-satunya
teriakan paling jelas tanpa perlu membuat polusi bagi telinga. Dan diam adalah
satu-satunya ratapan paling tepat. Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Tak ada
yang perlu dipertanyakan. Kita semua sama-sama tahu bahwa menunggu adalah
satu-satunya jalan paling baik untuk mencari kesembuhan.
Hidup adalah roda.
Kalimat itu lagi.
Dan orang yang pandai bersyukur adalah yang paling bahagia.
Lagi.
Senyum yang didominasi kepalsuan ini telah menguak. Tapi aku
tahu, kalian mencoba tak peduli. Hahaha. Seindah ini rasa sakit hati karena
manusia-manusia macam kalian pilih pergi—semoga sejenak. Pilih menjauh—semoga cepat
pulang.
Maaf, semua huruf yang tersusun jadi kata, dan kata yang mau ambil
bagian dalam kalimat ini mengalir begitu deras. Terlampau deras hingga jemari
mulai kaku untuk mewujudkannya. Ah sudahlah, aku tak peduli. Aku hanya merasa
perlu menghadap monitor dan membiarkan semua ini tercipta. Sungguh aku minta
maaf karena aku sedang tak mampu menulis dengan baik. Aku benar-benar lelah.
Tapi,
Aku masih disini ketika kalian,
Butuh.
Jalan.
Kembali.
Pulang.
Semoga. Benar. Benar. Pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar