–Cinta sejati datang dari hati, bukan kebiasaan, apalagi perjodohan.
Aku masih ingat benar saat kamu bilang manusia itu
menyukaiku. Masih tersimpan benar dalam otakku respon pertama yang muncul di
hati: tidak percaya. Kamu pasti sudah
tahu alasannya. Kejadian sekitar setahun lalu pasti belum hilang benar dari
otakmu, apalagi otakku. Aku masih mencatat dalam hati kalau kamu manusia yang
tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Dengan catatan kecil itu sudah cukup
menjelaskan tafsiranku mengenai kepribadianmu.
Ketidakpercayaan itu lambat laun bisa pudar karena aku
melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau manusia itu memang menyukaiku.
Namun, fakta yang ada tidaklah cukup membuatku memercayaimu. Aku tetap ragu
untuk menceritakan isi hatiku tentang manusia itu, meski aku tahu, jalan
terdekat untuk berceloteh adalah kamu.
Aku mulai mencoba bercerita sedikit. Cukup bagian-bagian
kecil saja yang kupakai sebagai percobaan. Aku takut, bila aku terlanjur
berkata banyak dan kamu tetap tidak bisa dipercaya. Dan ternyata ketakutanku
beralasan. Kamu bilang semua yang kuceritakan pada manusia itu, tanpa ada
proses memilah dan memilih hal mana yang perlu, dan mana yang tidak.
Hatiku mulai panas. Ingin rasanya aku menamparmu, karena
kusadari, menghalangimu secara halus tidak akan berguna. Aku tidak paham jalan
pikirmu. Entah kamu memang payah atau aku yang terlalu sensitif. Yang jelas,
catatan kecil itu bisa saja abadi di hatiku.
Lebih baik aku mencari manusia lain yang bisa menjadi
tempatku bercerita. Aku akan tenang jika kamu diam. Karena kurasa, kamu belum
bisa paham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar