Sabtu, 13 April 2013

Aku Menunggu


Kita tetap dekat meski sebuah penolakan menjadi jawaban atas usahamu. Kedekatan kita yang hanya sebatas pada saling menyapa cukup membuatku bersabar selama lebih kurang dua bulan. Aku berusaha setia menunggu inisiatifmu, karena masih tercatat jelas dalam otakku mengenai jawabanku kala itu: kita belum dekat. Belum kenal satu sama lain. Dari situ, ada maksud tersirat yang ternyata tidak kamu sadari: aku memberimu kesempatan untuk mendekatiku.

Dua bulan aku menunggu, dua bulan tidak ada pendekatan yang berarti darimu. Aku mulai lelah. Aku mulai resah. Aku mulai gundah. Aku mulai marah. Aku mulai menyalahkanmu sebagai lelaki tanpa inisiatif. Aku mulai tidak mau tahu tentang kamu yang bisa dibilang hanya punya sedikit pengalaman tentang cinta. Aku mulai protes, dan bilang pada beberapa manusia mengenaimu.

Meski demikian, aku tetap tak punya keberanian untuk menegurmu. Aku selalu hati-hati tentang hal satu ini. Bukan apa-apa, aku hanya ingin menjaga hatiku sendiri. Aku wanita. Dan wanita tidak selalu menjadi manusia yang memulai. Maka aku tetap terdiam di hadapanmu, tetap berusaha tenang seolah tak ada satu hal buruk pun terjadi, sekalipun hatiku mulai merah.

Sekali lagi, aku protes pada seorang manusia. Aku sungguh tidak menyangka, darinya aku mendapat sebuah jawaban yang menjadi pencarianku selama ini: seorang lelaki yang sudah menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan, cepat atau lambat dia akan mengundurkan diri dan mencari wanita lain untuk mengobati goresan lukanya. Aku tersentak. Hatiku serasa disambar petir di siang hari bolong. Ada sepasang kuku yang terasa benar sedang mencabik-cabik hatiku. Hatiku berteriak. 

Aku seperti sedang berusaha keras menggapai bintang yang sudah berjarak ratusan tahun cahaya. Adalah mustahil bintang itu dapat kembali di genggamanku, kecuali Sang Pencipta mengijinkan mukjizat-Nya terjadi. Lalu, aku takut hal itu benar-benar menjadi kenyataan. Aku takut kehilanganmu. Aku takut suatu saat nanti kamu akan pergi dan tak pernah kembali.

Jelas sudah. Bahkan manusia yang tidak mengenalku bisa menebak perasaan apa yang ada di dalam hatiku. Aku telah jatuh cinta. Namun kusadari seakan semuanya sudah terlambat. Aku hanya punya setengah titik harapan. Aku tinggal punya seperempat kesempatan.

Adakah suatu saat nanti kamu datang?
Adakah suatu saat nanti kedekatan kita tidak sebatas pada tatapan mata?
Adakah suatu saat nanti percakapan panjang denganmu benar-benar terwujud?
Adakah?

Aku menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar