Senin, 11 Februari 2013

Surat Cinta untuk Malaikat Hujan


Semenjak hati kita berpisah dan kembali berjalan dalam kesendirian, saya selalu bilang sama semua orang kalau saya nggak butuh cinta. Saya selalu bilang saya nggak butuh cowok, macam apapun itu. Saya nggak butuh bahagia dari potongan-potongan rasa yang terbalut selapis jiwa. Saya nggak butuh lelaki buat tiang hidup saya, buat alasan senyum dan tawa saya.

Sejauh ini, lelaki adalah makhluk yang paling saya hindari. Kalaupun saya harus terlibat dalam dialog dengan lelaki, itu karena kami punya tema penting yang harus dibahas. Dan tema itu nggak ada hubungannya sama perasaan saya, juga lelaki itu. Apalagi tentang cinta.

Tapi sejujurnya, saya adalah orang yang paling butuh cinta. Apapun bentuknya. Mulut saya bisa bohong, tapi hati nggak akan bisa bohong. Selama ini apa yang saya katakan, apa yang saya lontarkan dan cuatkan, itu hanya sebuah siasat untuk menghibur diri saya sendiri. Menghibur kekosongan jiwa saya. Saya sudah sampai di satu titik yang menyadarkan saya, kalau ternyata seseorang nggak akan bisa bertahan dalam kepura-puraan. Saya kesepian. Iya, kesepian. Sangat kesepian.

Saya kangen kamu, Malaikat Hujan. Saya jadi sering kepikiran. Saya pengin ketemu kamu. Apalagi sekarang saya sendiri. Saya jadi ingat masalalu. Saya jadi ingat waktu-waktu kita bersama. Saya merasa tersiksa.

Tapi saya bisa apa? Saya nggak tahu harus lari kemana buat melampiaskan perasaan ini. Satu-satunya lelaki yang masih ada goresan namanya di diri saya, ya cuma kamu, Malaikat. Sementara kita sudah berpisah hampir tiga bulan lamanya. Dan mengingat gaya bicara kamu yang sekarang, rasanya sudah nggak mungkin lagi kita bisa kayak dulu lagi. Bisa saling berbagi. Bisa saling percaya. Bisa saling pengertian. Gimana kita bisa balik lagi kalau dunia tempat kita berpijak sudah berbeda?

Saya masih sayang kamu, Malaikat. Saya masih mempertahankan kamu di hati saya. Saya masih memikirkanmu setiap hari. Tapi cukuplah siksaan ini saya simpan dan rasakan sendiri. Karena saya juga nggak tahu pasti, apa kamu masih peduli sama saya :”


Masalalumu,
-Litha-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar